Sinopsis surat kecil untuk tuhan
Adalah sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata keke, seorang gadis
remaja Indonesia yang telah meninggal tahun 2008 karena kanker ganas.
pada kisah ini terdapat seorang gadis yang bernama Keke. Umurnya 13
tahun ketika aku divonis mengalami penyakit kanker ganas bernama
Rabdomiosarkoma, sulit bagiku untuk mengerti penyakit apa yang menyerang
bagian wajahku itu bahkan untuk menyebut ulang nama penyakit itu, aku
sangat kesulitan. Dokter bilang aku terkena kanker jaringan lunak yang
sangat langkah dan menjadi orang pertama di Indonesia yang mengalami
penyakit itu.
Aku sedih ketika ayahku menangis menolak permintaan dokter untuk
melakukan operasi di wajahku. Dokter bilang: bila aku tidak melakukan
operasi, maka hidupku tidak akan bertahan lama lebih dari 3 bulan. Aku
sangat terkejut, karena penyakit itu tidak memiliki tanda-tanda apapun
selain aku mengalami sakit mata yang diikuti dengan mimisan yang terjadi
selama seminggu. Kanker itu hanya seukuran kuku jariku dan bersarang di
bagian pelipis mataku, tapi operasi itu mengharuskan aku kehilangan
sebagian wajah kiri dan mataku.
Ayahku tentu tidak akan rela aku kehilangan bagian wajahku karena aku
adalah seorang anak gadis yang akan tumbuh dewasa bagaimanapun kelak.
Aku tidak pernah paham seberapa menakutkan penyakit itu hingga aku
merasakan sendiri bagian wajahku mulai membengkak sebesar bola tenis dan
buta. Ketika aku menangis merasakan kesakitan, ayahku tidak pernah mau
jujur mengatakan penyakit itu. Hingga akhirnya aku berjuang hidup selama
3 bulan mencari pengobatan tradisional dan seseorang ulama mengatakan
padaku aku terserang kanker.
Perasaanku saat itu sangat hancur, aku tau hidupku tidak akan lama lagi
dengan keadaan buta dan kehilangan pernafasan hidung sebelah kiriku. Aku
menangis dan protes kepada Tuhan, mengapa ia tega merenggut masa
remajaku dan kesempatanku untuk menjadi penyanyi dan model. Air mata
yang berjatuhan setiap harinya tak pernah kulewatkan ketika rasa sakit
kanker itu datang. Walau demikian aku sungguh beruntung,
sahabat-sahabatku, keluargaku dan kekasihku selalu ada disampingku untuk
memberikan dukungan tanpa henti.
Ketika aku mulai pasrah Tuhan menjemputku, Aku hanya berdoa berharap
kepada Tuhan agar ia memberikan aku waktu lebih lama di dunia ini untuk
mengucapkan selama berpisah dengan sahabat, kekasihku dan terutama untuk
membuat ayahku bahagia lebih lama.Disaat itu aku tidak mampu berdiri
dan mengalami kritis. Tuhan mendengar doaku, disaat itulah aku
mendapatkan sebuah mujizat, seorang dokter menyelamatkanku dari penyakit
itu disaat-saat terakhir hidupku. aku sembuh dan kanker diwajahku
menghilang secara ajaib.
Aku merasakan kebaikan tuhan padaku dan melawan vonis kematian yang
dikatakan dokter padaku, aku pun berjanji padanya mulai saat itu untuk
bersyukur akan kehidupan yang ia berikan padaku. Usai penyakit itu
hilang dalam hidupku, Aku melewatkan hari-hariku dengan bahagia bersama
keluarga dan teman-temanku, aku menghabiskan waktuku dengan belajar
kitab suci dan mendekatkan diriku pada Tuhan. Hidup-hidupku pun berlalu
dengan bahagia walaupun pada akhirnya hal yang tak kuharapkan terjadi
lagi dalam hidupku ketika kanker itu kembali padaku, kini ia menyerang
wajah sebelah kananku.
Disaat aku mendapatkan vonis itu kembali, aku tidak lagi takut dan aku
tidak lagi marah kepada Tuhan. Aku bersyukur padanya, ia memberikan aku
kesempatan lebih lama di dunia ini untuk dapat bersama sahabat,
keluargaku dan kekasihku.Walau air mata berjatuhan disampingku, aku
berusaha untuk tegar dan mengatakan kepada semua orang, kalau ujian
dalam hidupku adalah tanda sayang Tuhan kepadaku.
Dokter yang menyelamatkan hidupku pertama kalinya menyerah, ia tidak
sanggup lagi menyelamatkanku. Aku hanya tersenyum dan berjanji untuk
bertahan hidup hingga aku bisa melewatkan ujian terakhirku di dunia ini
agar bisa lulus di bangku SMP. Walau aku buta dan lumpuh, aku berjanji
pada Tuhan dan sahabat-sahabatku untuk lulus dan memakai seragam SMA.
Sobat, hidup adalah anugerah yang indah. Atas kebaikan Tuhan, aku mampu
mengikuti ujian sekolah dengan kondisiku yang semakin parah. Aku
bersyukur karena bisa lulus dengan baik dan sampai akhirnya mampu
memakai seragam rok abu-abu bersama sahabat-sahabatku walau hanya sehari
disaat sebelum aku harus dilarikan ke rumah sakit karena darah terus
mengalir di hidungku.Kematianku semakin dekat dan itu bisa kurasakan
disaat hembusan nafasku semakin berat.
Tapi aku tidak ingin pergi dari dunia ini tanpa menuliskan suratku
kepada Tuhan..surat yang telah membuatku hidup sebagai seorang gadis
yang berjuang untuk hidup dan ribuan anak-anak lain yang mengalami
penyakit kanker yang sama denganku.
Aku berharap ketika aku tidak ada lagi di dunia ini, kisahku menjadi
inspirasi bagi siapapun yang ada di dunia ini untuk bersyukur akan
hidup. Karena Tuhan begitu mencintai kita dengan cobaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar